blog mihardi77

blog mihardi77

Minggu, 04 Desember 2011

ASKEP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih yang kepada para pengajar, fasilitator dan narasumber atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan  makalah dengan judul Perkembangan Anak usia Sekolah ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok II Tentang Perkembangan Anak usia Sekolah. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, buku-buku text book, diskusi anggota, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah proses tumbuh kembang anak usia sekolah dan permasalahannya
Kami sadari  makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7)”

                                                                                            Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga sebagai pranata sosial terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan
TUJUAN
1.       Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.

2.   Tujuan Instruksional Khusus :
a)      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
b)      Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah.
c)      Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah.
d)     Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada angka usia sekolah.
e)      Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selama fase sekolah.
f)       Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.
Batasan Masalah
Pada makalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan Perkembangan anak usia sekolah dan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight). Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta dampaknya.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak denga usia 7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun.(www.gn-ota,or.id).

2. Tahap perkembangan anak usia sekolah

     a. Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita – cita.

     b. Aspek sosial
Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati – hati dan berhati – hati.

     c. Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik

3. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah
    Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller       Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah  dan      mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat .
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus yang sering dijumpai pada perkembangan anak sekolah adalah masalah kekurangan gizi seperti Marasmus dan Kwashiorkor
1. Marasmus
a. Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus  mempunyai penampilan yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.
  1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
2.  Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
3.  Pemeriksaan Penunjang
           1. Pemeriksaan Fisik
a)      Mengukur TB dan BB
b)      Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c)      Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d)     Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
           2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
2. Kwashiorkor
a. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.  Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
b. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
     Gejala Kwashiorkor
  • Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
  • Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.
  • Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
  • Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
  • Hilangnay massa otot
  • Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
  • Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi
  • Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam.
  • Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
  • Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
  • Under nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absoluut untuk periode tertentu.
  • Spesific deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
  • Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
  • Imbalance : karena disporposi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL, dan VLDL.
Penialaian Status Gizi
à Secara Langsung
  • Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengkuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi Antropometri secar umum dugunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
BB/U x 100% = 100% à Gizi baik
TB/U x 100% = 100% à Gizi baik
BB/TB x 100% = 100% à Gizi baik
  • Klinis
Penilaian status gizi berdasarkan perubahan-perubahann yangg terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Misal : penilaian pada kulit, rambut, dan mukosa oral.
  • Biokimia
Pemerikasaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Misal : darah, tinja, urine.
  • Biofisik
Penentuan status gizi dengn melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
b.  Secara tak Langsung
  • Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.
  • Statistik vital
Penilaian status gizi dengan menganalisa data bebrapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur.
  • Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi.


BAB IV
PEMBAHASAN
Contoh Kasus pada anak usia sekolah dengan kekurangan gizi seperti Marasmus dan Kwashiorkor
An. S (7 tahun) datang ke poli tumbuh kembang dengan kondisi kulit tampak kusam, rambut kemerahan dan jarang, BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit berkomunikasi dan takut berinteraksi dengan orang lain.
 Proses Keperawatan
1.      Riwayat Keperawatan
  • Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
  • Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
  • Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
·         Penurunan ukuran antropometri
·         Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
·         Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
·         Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
·         Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
·         Edema tungkai
·         Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
·         lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
·         mata cekung dan pucat
·         pada marasmus terlihat pergerakan usus
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Analsa Data
Data
Masalah
Etiologi
Data Subjektif :
-
Data Objektif :
  • kondisi kulit tampak kusam,
  • rambut kemerahan dan jarang,
  • BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit berkomunikasi dan takut berinteraksi dengan orang lain.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
asupan yang tidak adekuat
Data Subjektif:
-
Data Objektif :
  • An. S tampak sulit berkomunikasi
  • Takut berinteraksi dengan orang lain.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
Rencana Asuhan Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Intervensi
Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.
1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
4. Menilai perkembangan masalah klien.

5. menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi
Rasional
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.

3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa An. S (7tahun) mengalami malnutrisi  dalam golongan underweight dan sudah termasuk gizi buruk, diagnos ini didapat berdasarkan manifestasi klinis yang ditunjukan oleh anak. Selain itu bisa juga ditentukan dari antropometri. Untuk underweight itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu marasmus dan juga kwashiorkor dimana ciri-ciri yang muncul adalah berbeda. Gangguan komunikasi yang dialami oleh An. S bisa diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang dialami oleh An. S atau bisa juga karena kurangnya stimulus eksternal, karena pemenuhan nutrisi sangat mempengaruhi kerja otak dan syaraf.
2.      Dari kasus dapat ditegakkan diagnose keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat dan kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan dengan penanganan yang merujuk pada diagnosa dan menerapkan intervensi yang terkait tumbuh kembang.
B. Saran
Setelah dilakukan analisa dari kasus, maka dapat diajukan saran-saran agar mahasiswa keperawtan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi PADA ANAK USIA SEKOLAH dan mendapatkan hasil yang diharapkan sebagai berikut :
  1. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi ditiap tahap tumbuh kembang.
  2. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya dari definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan spesifikasi dari masalah yang dialami.
  3. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnose sesuai dengan masalah yang dialami dan dapat menegakkannya menurut prioritas serta melakukkan tindakkan berdasarkan diagnose.
  4. Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang bagaimana promosi dan preventif dari masalah gizi serta bagaimana merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya dan mayarakat umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Potter & Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan Volume 2”. Jakarta : EGC.
2.      Shwartz, William M.2005. “Pedoman Kinis Pediatri”. Jakarta : EGC.
3.      Williams .2005.  “Basic Nutrition & Diet Thetapy”. St. Louis : Westline Industrial Drive.
4.      Wong, Donna L. 2004. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta : EGC.
5.      Seminar pengembangan profesi gizi oleh: dr. Ina Hernawati,MPH “ Pencegahan dan Penanggualangan Gizi Buruk” 22 Desember 2008.
6.      Seminar pengembangan profesi gizi (Nutrition for the Nation) oleh : Prof. Dr. dr. Does Sampoerno “ Overview Masalah Gizi Buruk di Indonesia”. 22 Desember 2008.
7.      http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar