LANDASAN TEORI
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah melahirkan. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan.
Segera setelah melahirkan bayi :
a) Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas permukaan perut Ibu.
b) Dengan kain bersih dan kering/kasa, lap darah/lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi. Sebgian besar bayi akan menangis/bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah melahirkan.
c) Bila bayi tersebut menangis/bernafas (terlihat pergerakan dada paling sedikit 30x/menit), biarkan bayi tersebut dengan Ibunya.
d) Bila bayi tersebut tidak bernafas selama 30 detik, segeralah cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
(Sarwono Prawirahardjo, 2003 : 30)
1. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi
b. Penilaian Awal
c. Pencegahan Kehilangan Panas
d. Rangsangan Taktil
e. Asuhan Tali Pusat
f. Memulai Pemberian ASI
g. Memberi Profilaksis Terhadap Gangguan Pada Mata
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
a. Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan Bayi Baru Lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
- Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
- Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
- Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat setelah di DDT atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari 1 bayi.
- Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.
- Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih. (Dekontaminasi dan cuci setiap kali selesai digunakan)
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
b. Penilaian Awal
Segera lakukan penilaian awal pada Bayi Baru Lahir secara cepat dan tepat (10-30 detik). Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk asuhan/perawatan Bayi Baru Lahir.
Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan menggunakan APGAR SCORE.
0 1 2 NA
Appearance
(Warna Kulit) Pucat Badan merah
Ekstrimitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan
Pulse Rate
(Frekuensi Nadi) Tidak ada ≤ 100 > 100
Grimace
(Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik Batuk dan bersin
Activity
(Tonus Otot) Tidak ada Ektrimitas bawah
Sedikit fleksi Gerakan aktif
Respiration
(Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
Catatan :
NA 1 menit > atau = 7 (Bayi normal = 7-10) tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 (Asfiksia sedang) bag and mask ventilation
NA 1 menit 0-3 (asfiksia berat) lakukan inkubasi
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249)
Identifikasi bayi segera setelah Bayi Baru Lahir dan bila Ibu sadar, bayinya diperlihatkan k dan teliti apakah ada tanda pengenal bayi yang sama dengan tanda pengenal Ibu. Bila Ibu tidak sadar, bayi diperlihatkan kepada Ayah atau keluarga yang menunggunya. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kekeliruan dikemudian hari.
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249-251)
c. Pencegahan Kehilangan Panas
Bayi Baru Lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan cepat kedinginan, jika kehilangan panas tidak segera dicegah, bayi yang mengalami hipotermi beresiko tinggi untuk jatuh sakit/meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah/tidak ditutupi mungkin akan mengalami hipotermi, meskipun dalam ruangan yang relatif hangat. Cara mencegah kehilangan panas yaitu :
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti dengan kain bersih, kering dan hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
5. Tempatkan bayi di ruangan hangat
(Shpiego dan Depkes RI : 4-3)
6. Jangan segera menimbang/memandikan Bayi Baru Lahir
7. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit
- Bila telapak kaki terasa dingin, periksalah suhu axila bayi
- Bila suhu bayi <36,5oC segera hangatkan bayi
8. Berikan bayi pada Ibunya secepat mungkin, kontak dini antara Ibu dan bayi penting untuk kehangatan, mempertahankan panas dengan benar pada Bayi Baru Lahir.
(Sarwono Prawirahardjo, 2002 : 31)
d. Rangsangan Taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang pernafasan spontan. Jika bayi tidak menunjukkan respon/tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
(Shpicgo dan Depkes RI : 4-6).
e. Asuhan Tali Pusat
1) Mengikat tali pusat
Setelah placenta lahir dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat tali pusat pada putung tali pusat.
♦ Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan reaksi tubuh lainnya.
♦ Bilas tangan dengan air DTT kemudian keringkan dengan handuk bersih dan kering
♦ Ikat puntung tali pusat ± 1 cm dari pusat bayi dengan benang DTT atau klem plastik tali pusat (DTT/steril). Lakukan tali simpul/jepitkan secara mantap klem tali pusat pada sisi yang berlawanan.
♦ Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%
♦ Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik
2) Perawatan tali pusat
- Jangan membungkus pusar/perut ataupun mengoleskan bahan/ramuan apapun ke puntung tali pusat dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi.
- Pemakaian alkohol ataupun betadin masih diperkenankan selama tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab.
- Beri nasehat pada ibu dan keluarga sebelum penolong (Bidan) meninggalkan bayi :
Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara lembut dengan air DTT (air matang) dan sabun, keringkan dengan kain bersih
Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar menjadi merah/mengeluarkan darah/nanah.
Jika pusar menjadi merah/mengeluarkan nanah/darah segera rujuk bayi ke fasilitas yang mampu untuk memberikan perawatan Bayi Baru Lahir secara lengkap.
(Shpiego dan Depkes RI : 4-7).
f. Memulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba menyusukan bayinya segera setelah tali pusat di klem dan dipotong. Tentramkan ibu bahwa anda membantu ibu menyusukan bayi setelah placenta lahir dan penjahitan laserasi. Menjelaskan pada ibu hal yang berhubungan dengan Asi yaitu :
♦ Keuntungan pemberian ASI secara dini bagi ibu dan bayinya
♦ Jangan memberikan makanan/minuman lain pada bayi kecuali diinstruksikan oleh dokter anak (atas alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak memiliki air susu sehingga bayi memerlukan asupan susu buat tambahan
♦ Berikan ASI kepada bayi sesuai kebutuhannya baik siang maupun malam selama bayi menginginkan dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama
♦ Posisi yang tepat untuk menyusui
♦ Jelaskan kepada ibu bagaimana memeluk bayi dan mulai menyusukan bayi
♦ Jelaskan pada ibu bagaimana merawat payudaranya.
(Shpiego dan Depkes RI : 4-7 / 4-9).
Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk 1-2 menit pada setiap payudara ibu. Dengan hisapan bayi, maka akan terjadi perangsangan terhadap pembentukan ASI dan secara tidak langsung dapat mempercepat pengecilan uterus. Walaupun ASI yang berupa colostrum itu hanya dapat dihisap beberapa tetes.
g. Upaya Profilaksis Terhadap Gangguan Pada Mata
Bayi diberi ASI dan bertemu dengan ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat 1%) atau salep (tetrasiklin 1% atau salep mata erytromisin 0,5%). Tapi, tetes mata/salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis tidak akan efektif untuk gangguan mata, tidak efektif apabila tidak diberikan 1 jam masa kehidupannya.
Teknik pemberian profilaksis mata :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
2. Jelaskan pada keluarga tentang apa yang anda lakukan, mulai dari bagian mata yang dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar (dekat telinga bayi)
3. Jangan biarkan ujung mulut tabung/salep/tabung penetes menyentuh mata bayi
4. Jangan menghapus salep/tetes mata dari mata bayi dan minta keluarga untuk tidak menghapus dari mata bayi.
(Shpiego dan Depkes RI : 4-9).
5. Obat mata erytromisin 0,5% tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat/neosporing dan langsung diteteskan pada mata bayi setelah bayi baru lahir.
(Sarwono Prawirohardjo 2002:32).
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :
a) Pernafasan sulit / lebih dari 60×/mnt
b) Kehangatan / terlalu panas (lebih 38oC) atau terlalu dingin < 38oC
c) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru atau pucat, memar
d) Pemberian makanan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
f) Tinja/kemih tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, hijau tua, ada lendir/darah pada tinja
g) Aktifitas-menggigil/menangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
(Sarwono Prawirohardjo 2002:38).
ASKEB TEORI
Hari / Tanggal :
Tempat :
Jam :
I. Pengkajian
Biodata
a. Nama anak
♦ Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama sehari-hari agar tidak keliru dengan penderita lain. (Depkes RI 1995:13)
♦ Nama bayi dicantumkan pada alat / gelang dan alat pengenal di tempat tidur. (Sarwono Prawirohardjo 2002:35)
Tanggal lahir / umur
♦ Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta pedoman pemberian tercapai. (Soetjiningsih 1995:10)
Jenis kelamin
♦ Untuk mengetahui jenis kelamin penderita. (Soetjiningsih 1995:80)
Jumlah saudara
♦ Jumlah anak yang banyak pada keluarga akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang, terutama jika jarak anak terlalu dekat. Pada sosial ekonomi yang kurang mengakibatkan kurangnya kebutuhan primer. . (Soetjiningsih 1995:10)
Status anak
♦ Untuk mengetahui anak kandung ataukah mengadopsi. (Christina 1993:4)
b. Nama orang tua
♦ Nama orang tua ditanyakan untuk memanggil mereka agar tidak keliru. (Christina 1993:4)
♦ Dikaji dengan tujuan agar dapat dikenal penderita dan tidak salah dengan penderita lain. (Christina : 83).
Umur
- Untuk mengetahui usia orang tua. (Depkes RI 1995:14)
Agama
- Berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama dan mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan klien. (Christina 1:83)
Suku / Bangsa
- Untuk mengetahui adat istiadat / budaya. (Christina 1:83)
Pendidikan
- Dikaji untuk mengetahui tingkat entelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. (Depkes RI 1995:14)
Pekerjaan
- Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi keluarga agar nasehat yang diberikan sesuai. (Christina 1993:85)
Alamat
- Untuk mengetahui tempat tinggal dan menjaga kemungkinan bila ada nama yang bersamaan dalam satu lingkungan untuk mengadakan kunjungan pada penderita. (Christina 1994:84).
A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Hal yang diutamakan oleh ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang timbul
2. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga, terutama :
- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular
- Penyakit keluarga yang dapat diturunkan. (Ida Bagus Gde Manuaba:26)
3. Riwayat persalinan
Untuk mengetahui riwayat tiap persalinan, seperti :
- Apakah kehamilan berakhir
- Apakah persalinannya normal, apa diselesaikan dengan operasi
- Bagaimana keadaan anaknya
(Ilmu kandungan, Hanifa IV : 133)
4. Riwayat imunisasi
- Dikaji untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan penting mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. (Buku Ajar 2006:16)
- Jadwal imunisasi
Umur
0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan Jenis Imunisasi
Hepatitis B1
BCG
Hepatitis B2, DPT1, Polio1
Hepatitis B3, DPT2, Polio2
DPT3, Polio3
Campak, Polio4
(Dinkes 2005:33)
5. Riwayat tumbang
Untuk mengetahui tingkat perkembangan fisik anak apakah sesuai dengan usianya saat itu. Baik motorik kasar atau halus, emosi, perilaku, dll.
(Soetjiningsih, 1995: 10)
Beberapa reflek yang terdapat pada bayi :
a. Reflek moro : bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan terjadi reflek lengan dan tangan.
b. Reflek menghisap : bila diberi rangsangan pada ujung mulut, kepala akan menoleh ke arah rangsangan.
c. Suckhing reflek : setelah dirangsang, bayi akan mulai memasukkan mulutnya dan kemudian menghisap.
d. Reflek menggenggam : bila telapak tangan dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam.
(Sumiarni dkk, 1995: 55-56)
Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya dan masyarakat sekitar.
(Soetjiningsih, 1995: 10)
6. ADL
a) Nutrisi
○ Untuk mengetahui status gizi anak karena merupakan kebutuhan yang terpenting. Nutrisi berpengaruh terhadap tumbang terutama tahun-tahun pertama kehidupan dimana sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
(Buku Ajar I, 2002:13)
○ Kekurangan/kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan bahan makanan. Tidak perlu mahal, tetapi cukup mengandung protein nabati dan hewani. (Sarwono Prawirohardjo, 1999: 161)
○ Bayi normal dapat disusui segera setelah lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 1999: 259)
b) Personal hygiene
- Memegang peranan penting pada tumbang anak jika kebersihan kurang akan menyebabkan timbulnya penyakit kulit. (Buku Ajar, 2002: 16)
- Bayi segera dikeringkan setelah lahir dan tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. (Shpiego dan Depkes RI, 2002: 4-5)
c) Istirahat/tidur
Untuk mengetahui istirahat (tidur) dalam sehari. (Perawatan kebidanan: 167-168)
d) Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari, seperti: bermain
e) Eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi dari eliminasi baik mixi atau defekasi serta kelainan-kelainan yang menyertainya.
7. Riwayat psikososial
Bagaimana hubungan anak dengan Ibu, ayah dan keluarga karena stabilitas dan keharmonisan rumah tangga akan mempengaruhi tumbang anak.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum
○ Melihat cacat bawaan yang jelas tampak, seperti = hidrocephalus, an encephalus, kelainan kulit akibat trauma lahir, dll.
(Sarwono Prawirohardjo, 1999: 251
○ Mengetahui keadaan umum/cukup. (Kamus Dorland)
b. TTV
Nadi : normal 120-140x/menit pada bayi
Suhu : normal 36,5oC-37,5oC
Pernafasan : normal 30-60x/menit
c. Antropometri
○ BB
- Merupakan indikator tunggal yang terbaik untuk keadaan gizi dan tumbuh kembang anak dan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan. (Soetjiningsih dkk, 1995:38)
- BB normal bayi baru lahir 2500gr-4000gr. (Sumiarni dkk, 1995:56)
○ TB
- Merupakan indikator terbaik untuk gangguan pertumbuhan fisik, sebagai perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif. (Soetjiningsih, 1995:39)
- Normal 48-50cm (Jumiarni, dkk. 1995:56)
○ Lingkar Kepala
- Dipakai untuk mengukur pertumbuhan kepala (otak). (Buku Ajar I, 2002:59)
- Normal 32-34cm (Jumiarni, dkk. 1995:56)
○ Lingkar lengan atas
- LILA mencerminkan tumbang jaringan lemak dan otot, dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbang. (Buku Ajar I, 2002:59)
- Normal 32-34cm (Jumiarni, dkk. 1995:56)
○ Lingkar dada
- Dipakai untuk mengetahui kelainan khusus, misalnya : pada kasus dengan kelainan bawaan/untuk melakukan jenis perawatan.
- Normal 32-34cm (Jumiarni, dkk. 1995:56)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
○ Kepala : besar, bentuk, sutura tertutup/melebar, adakah cuput succedanum, hematoma, chepal (ada/tidak). (Sarwono Prawirohardjo, 2003: 32)
○ Mata : simetris/tidak, conjungtiva anemis/tidak, sclera icterus/tidak
○ Mulut : simetris/tidak, terdapat labio palatoschicis/tidak, cianosis/tidak
○ Hidung : simetris/tidak, ada secret/tidak, septum utuh/tidak.
○ Telinga : simetris/tidak, ada secret/tidak, ada cacat bawaan/tidak.
○ Leher : terdapat pembesaran kelenjar limphe/tidak, kelenjar tiroid, pembesaran vena jugularis.
○ Dada : simetris/tidak, puting susu simetris/tidak.
○ Abdomen : terdapat benjolan abnormal/tidak, terdapat perdarahan tali pusat/tidak.
○ Kulit : Warna kulit, turgor ada/tidak, vernik caseosa, ada tidak rambut lanugo.
○ Genetalia : - Wanita : labia mayor tertutup/tidak, oedem/ tidak, perdarahan/tidak,
- Laki-laki : ada/tidak rugae pada scrotum, oedem/tidak, testis turun/tidak.
○ Anus : atresia ani/tidak.
○ Ekstremitas: simetris/tidak, jumlah jari lengkap/tidak, gerak aktif/tidak, adakah cacat bawaan/tidak.
b. Palpasi
- Dada : puting susu simetris/tidak.
- Abdomen : teraba benjolan abnormal/tidak.
3. Antropometri
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 48-52 cm
c. Lingkar lengan atas : 11-14 cm
d. Lingkar dada : 30-38 cm
e. Lingkar kepala : 33-35 cm
- Fronto occipital : 34 cm
- Mento occipital : 35 cm
- Sub occipito bregmatica : 32 cm
4. Reflek
- Moro : baik
- Rooting : baik
- Isap dan menelan : baik
5. Eliminasi
- Urine : keluar setelah lahir
- Mekonium : keluar 24 jam pertama
6. Pemeriksaan penunjang
–
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Bayi Baru Lahir Normal
1. DO : BB : 2.500-4.000 gram
PB : 48-52 cm
S : 36,5oC-37,5oC
Rr : 30-50
N : 120-140
A-S : 7-10
2. Reflek
- Moro : baik
- Rooting : baik
- Isap dan menelan : baik
3. Lingkar kepala
- Fronto occipital : 34 cm
- Mento occipital : 35 cm
- Sub occipito bregmatica : 32 cm
4. Pergerakan : baik
5. Keadaan umum : baik, kulit kemerahan
III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
- Hipotermi
- Hipoglikemi
- Perdarahan tali pusat
- Asfiksia
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
–
V. Pengembangan Rencana
1. Pertahankan jalan nafas tetap bersih
2. Potong dan jepit tali pusat
3. Pertahankan suhu tubuh bayi
4. Melakukan perawatan tali pusat
5. Berikan bayi pada Ibu untuk disusui
6. Berikan HE perawatan bayi sehari-hari
VI. Implementasi
Sesuai pengembangan rencana
VII. Evaluasi
Sesuai keadaan bayi saat itu
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2000, “Standar Pelayanan Kebidanan”, Jakarta.
Depkes RI, 1996, “Bayi Baru Lahir”, Jakarta.
Pusdiknakes, Depkes RI, 1995, “Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga”, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, 2001, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar