blog mihardi77

blog mihardi77

Selasa, 25 September 2012

Teori Perkembangan usia dewasa pertengahan (lanjutan)



A. Masa berprestasi pada usia madya
Pada saat tahun-tahun pertama usia setengah baya terbuka peluang untuk berprestasi, bahkan puncak prestasi yang pernah dicapai individu pada tiap tahap perkembangannya tidak dapat menandingi prestasi yang dicapai pada usia ini. Menurut A.A. Werner menyatakan bahwa pada usia 40 tahun bagi orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pengalaman dalam bergaul. Sehingga mereka memiliki sikap pasti atau nilai-nilai tentang hubungan sosial yang berkembang dengan baik. Selain itu dalam usia madya, seseorang telah dapat melihat tujuan dengan jelas, mempunyai gambaran tentang masa depan, serta kondisi keuangan yang telah mapan.
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1980) usia madya merupakan masa krisis dimana “generasivitas” (kecendrungan untuk menghasilkan), maupun stagnasi (adanya kecendrungan untuk berhenti) akan menjadi dominan. Menurutnya, selama usia madya, umumnya orang akan menjadi lebih sukses, ataupun sebaliknya malah tidak melakukan sesuatu apapun. Pada masa ini, ada orang usia madya yang berkemauan kuat dalam berkarir akan mencapai puncak kesuksesan pada usia madya, bahkan lebih sukses dari usia-usia sebelumnya.
Pada orang dewasa madya wanita, apabila pada saat dewasa mudanya terfokus pada memelihara anak-anak, pada saat dewasa madya ketika anak-anaknya meninggalkan rumah akan memulai sebuah karir baru dan terpaksa meraih puncak kesuksesan pada usia yang relatif tua.
Pada dewasa madya pria, ia mencapai puncak kesuksesan karir biasanya pada usia 40 – 50 tahun, yaitu ketika mereka telah puas dengan apa yang telah ia peroleh dan menikmati hasil kerja kerasnya tersebut pada usia awak enampuluhan. Ketika mereka dianggap terlalu tua untuk bekerja dan merelakan pekerjaannya pada yang lebih muda.
Faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian puncak karir pada usia madya dipengaruhi oleh kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan dan kesempatan seperti relasi-relasi sosial. Menurut Lehman yang meneliti sekelompok ahli psikologi (dalam Andi Mappiare) bahwa prosentase terbesar dari pencapaian prestasi puncak dari kelompok usia setengah baya berada pada usia antara 30-35 tahun. Ini berarti bahwa kelompok para ahli psikologi tersebut sebagian besarnya mencapai puncak prestasi akibat kreativitas mereka
Usia madya merupakan dimana masa kepemimpinan, baik pria maupun wanita di sebuah perusahaan, kantor, organisasi mencapai puncaknya. Karena pada umumnya organisasi akan lebih memilih orang yang berumur lima puluh tahun atau lebih untuk menjadi direktur. Oleh karena itu pada masa ini dewasa madya juga disebut sebagai “generasi pemimpin”.


Menurut Neugarten, menyatakan bahwa, “keberhasilan ornag usia madya seringkali menunjukkan dirinya sebagai orang yang tidak dikemudikan lagi, tetapi sekarang sebagai pengemudi atau pemberi perintah.”
Perkembangan karir merupakan saat prestasi puncak bagi orang dewasa pertengahan yang sukses. Orang dewasa madya akan mendapat gaji atau penghasilan paling tinggi dibandingkan dengan penghasilan pada periode kehidupan sebelumnya. Mereka yang dalam kondisi ini mempunyai pekerjaan yang sedang stabil atau tidak berpindah-pindah pekerjaan, kecuali kalau pekerjaan mereka tidak dapat lagi menjamin kehidupan mereka (Trol, 1975 dalam Elida Prayitno)
Dalam masyarakat sendiri, seseorang baru akan diakui kemampuannya apabila telah mencapai usia dewasa madya. Dengan demikian dalam usia madya, seseorang dapat mencapai puncak pekerjaan juga mendapat prestise sosial.

B. Penyesuaian Moral-Sosial
Menurut Hurlock, pasangan usia madya yang tanggung jawab terhadap keluarganya telah berkurang, akan mulai melakukan kegiatan-kegiatan sosial di tengah masyarakat dibandingkan pada saat anak-anaknya masih tinggal dengannya. Banyak orang dewasa madya yang memanfaatkan kegiatan-kegiatan sosial sebagai penghilang rasa kesepian karena anak-anaknya yang telah dewasa dan tidak tinggal bersama mereka lagi.
Pola kegiatan sosial pada usia dewasa madya juga dipengaruhi oleh status kelas sosial seseorang. Dewasa madya yang status sosial ekonominya tinggi lebih cenderung aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial sedangkan yang mempunyai status sosial ekonomi yang relatif rendah tidak begitu aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat.
Dalam perkembangan kegiatan sosial di masyarakat terdapat perbedaan dalam dewasa madya pria dan wanita, dewasa madya pria umumnya bergabung dalam llebih dari satu organisasi, sehingga dewasa pria lebih banyak mempunyai teman dibandingkan wanita, sedangkan dewasa madya wanita lebih suka menjadi anggota dalam sebuah organisasi saja sehingga teman-teman lebih dianggap sebagai saudara.
Secara keseluruhan,orang usia madya lebih bisa melakukan penyesuaian sosial daripada anak muda, disebabkan karena mereka lebih banyak tergantung pada orang luar rumah daripada yang pernah mereka lakukan dulu. Menurut Hurlock, dalam studi tentang jaringan sosial yang dimiliki oleh orang dewasa madya menunjukkan bahwa pasangan suami-istri yang dibesarkan dan tinggal di daerah yang sama akan menghasilkan jaringan sosial yang lebih erat, daripada orang dewasa madya yang suka berpindah-pindah umumnya mempunyai jaringan sosial yang longgar.
Dalam kaitannya dengan status, janda atau duda usia dewasa madya kebih cenderung untuk aktif dalam kegiatan sosial seperti saat mereka menikah. Namun pada janda atau duda usia madya yang tidak diterima di kalangan masyarakat cenderung melakukan penggantinya dengan diterimanya oleh orang yang senasib dengannya dalam artian seseorang yang juga berstatus cerai.
Dalam penyesuaian sosial, orang dewasa madya juga menggantungkan keaktifannya pada kesehatannya. Motivasi juga menjadi pemicu untuk mampu dan mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, selain itu keterampilan yang dikuasainya merupakan modal juga dalam partisipasinya dalam kegiatan sosial di masyarakat.

Daftar Pustaka

Andi Mappiare. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Elida Prayitno. 2006. Psikologi Orang Dewasa. Padang: Angkasa Raya
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar