Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Oksigen di udara terdiri atas 21 % Oksigen atau zat asam arang 78 %, 1 % gas yang lain.
(A. Azas Alimul H dan Musrifatul U, 2005)
Kebutuhan fisiologis oksigenasi
Merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
(Musrifatul U, A Azis AH. 2004)
B. Sistem Pernapasan
1. Saluran pernapasan bagian atas
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali masuknya udara melalui hidung, udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh bulu yang ada didalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak dibelakang hidung, dibelakang mulut, dan dibelakang laring.
c. Laring
Merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran yang terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.
d. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses penelanan.
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
a. Trakea
Disebut batang tenggorok dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus
Merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan yakni kanan dan kiri.
3. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak didalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastik, berpori, dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
C. Proses Oksigenasi
Yaitu proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas tiga tahapan :
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.
3. Transportasi Gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
Fisiologi Pernapasan
Proses bernapas ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi yaitu masuknya O2 kedalam paru-paru, dan ekspirasi yaitu keluarnya CO2 dari paru-paru.
Udara yang mengandung CO2¬ dari bawah diambil dari vena kava superior dari atas Vena kava inferior menuju Vena pulmo masuk ke paru-paru didalam paru-paru terjadi proses difusi pertukaran antara CO2 dan O2 masuk ke serambi kanan, masuk ke bilik kiri lewat Bikus pidalis. Dari serambi kiri dan bilik kiri lewat Vena trikus pidalis menuju Aorta lewat pembuluh Aortik.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran nafas, seperti sulfat atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta – 2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat didalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan dll. Ini menyebabkan bersin, apabila ada rangsangan didaerah nasal, batuk. Apabila disaluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napas dalam bagian bawah menyebabkan rhinitis.
4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnya usia.
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi) seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dll.
E. Gangguan atau masalah kebutuhan oksigenasi
1. Hipoksia
2. Perubahan pola pernapasan
3. Obstraksi jalan napas
4. Pertukan Gas
5. BBL yang belum bisa bernapas sempurna.
F. Inhalasi Oksigen
1. Kanul
Pengertian :
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.
Tujuan Kanul :
– Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
– Untuk memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Peralatan Kanul :
– Tabung oksigen dengan flow meter.
– Humidifier dengan cairan steril, air distilasi / air matang sesuai dengan peraturan RS.
– Nasal kanul dan selang.
– Kassa jika diperlukan.
2 – 4 lt/menit– Dosis
Prosedur
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
2) Siapkan klien dan keluarga.
Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan.
Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasikan ke klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan penggunaan oksigen.
3) Atur peralatan oksigen dan Humidifier
4) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi.
Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang.
Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2 – 6 L /min.
5) Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai.
Kanul
Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk ke hidung dan elastik band melingkar ke kepala seperti pada gambar.
Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada bagian bawah.
Alasi selang dengan kassa pada elastik band pada telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan.
Kaji klien secara teratur
o Secara umum :
– Kaji tingkat kecemasan klien, warna mukosida kemudahan bernapas, saat klien dipasang alat.
– Kaji klien dalam 15 – 30 menit pertama, ini tergantung kondisi klien dan setelah itu secara teratur. Kaji vital sign, warna, pola pernapasan dan gerakan dada.
– Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hipoxia, tachicardi, konfeus, dispnea, kekelahan dan lihat data hasil BGA jika memungkinkan.
o Nasal Kanul :
– Kaji hidung klien jika ada iritasi. Beri cairan lubrikan jika dibutuhkan untuk melapiskan membran mukosa.
Hal yang perlu diperhatikan :
Sebelum memberikan oksigen, cek ;
1) Order pemberian oksigen, termasuk alat untuk memberikan 2 liter flow rate (L/min)
2) Level oksigen (PO2) dan karbondioksida (PCO2) pada darah arteri (PaO2 normal 80 – 100 mmHg, PCO2 35 – 45 mmHg).
3) Apakah pasien menderita COPD.
2. Masker Wajah
Pengertian
Yaitu memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.
Tujuan
Untuk memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
Peralatan Masker Wajah :
1) Tabung oksigen dengan flow meter.
2) Humidifier dengan cairan.
3) Masker wajah dengan ukuran yang sesuai.
4) Elastik band (karet pengikat)
Prosedur
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
2) Siapkan klien dan keluarga
– Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan.
– Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
3) Atur peralatan oksigen dan humidifier
4) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
– Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang.
– Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2 – 6 L /min.
5) Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
Masker Wajah :
– Tempatkan masker ke arah wajah pasien dan letakkan dari hidung ke bawah.
– Atur masker sesuai dengan bentuk wajah seperti pada gambar. Masker harus menutup wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi dan dagu.
– Ikatkan elastik band melingkar kepala klien sehingga masker terasa nyaman.
– Alasi band dibelakang telinga dan diatas tulang yang menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena masker.
6) Kaji klien secara teratur
o Secara umum :
– Kaji tingkat kecemasan klien, warna mukosadan. Kemudahan bernapas, saat klien dipasang alat.
– Kaji klien dalam 15 – 30 menit pertama, ini tergantung kondisi klien dan setelah itu secara teratur. Kaji vital sign, warna, pola pernapasan dan gerakan dada.
– Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hipoxia, tachicardi, konfeus, dispnea, kekelahan dan lihat data hasil BGA jika memungkinkan.
o Masker wajah
– Inspeksi kulit wajah bila ada basah atau goresan dan keringkan, rawat jika diperlukan.
7) Inspeksi peralatan secara teratur :
– Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit dan pada saat memberikan perawatan ada klien.
– Pertahankan tinggi air di humidifier.
– Pastikan petunjuk keamanan diikuti.
8) Catat data yang relevan ada dokumentasi keperawatan.
3. Tenda Wajah
Pengertian
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.
Tujuan
– Untuk memberikan kelembaban tinggi.
– Untuk memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi.
– Untuk memberikan oksigen aliran tinggi saat dihubungkan dengan sistem venturi.
Fokus Pengkajian
Vital sign, hasil BGA, tanda hipoxia (misal tachicardi, tachypnea, dyspnea), tanda hypercabia (misal hypertensi, sakit kepala, kurang istirahat). Sesak napas, potensi nares, status mental, tanda keracunan oksigen.
Peralatan
– Tabung oksigen dengan flow meter.
– Humidifier dengan cairan.
– Tenda wajah disesuaikan ukuran.
Prosedur
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
2) Siapkan klien dan keluarga.
– Atur posisi klien dengan semi flower jika memungkinkan.
– Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
3) Atur peralatan oksigen dan humidifier.
4) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat berfungsi.
– Cek selang oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang.
– Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misal 2–6 L /min.
5) Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai.
Tenda wajah :
– Tempatkan tenda pada wajah klien dan ikatkan melingkar pada kepala.
Prosedur :
1) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
2) Siapkan klien dan keluarga.
– Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan.
– Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
3) Atur peralatan oksigen dan humidifier
4) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
– Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang.
– Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2 – 6 L /min.
5) Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai.
6) Kaji klien secara teratur.
7) Inspeksi peralatan secara teratur.
– Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit dan pada saat memberikan peralatan ada klien.
– Pertahankan tinggi air di humidifier.
– Pastikan petunjuk keamanan diikuti.
8) Catat data yang relevan ada dokumentasi keperawatan.
– Catat terapi dan semua hasil pengkajian keperawatan.
G. Inhalasi Oksigen
Pengertian
Inhalasi uap dengan obat atau tanpa obat adalah menghirup uap dengan atau tanpa obat melalui saluran pernapasan bagian atas.
Tujuan
– Secret menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan.
– Pernapasan menjadi lebih lega.
– Selaput lendir pada saluran nafas menjadi tetap lembab.
– Mengobati peradangan pada saluran pernapasan bagian atas.
Persiapan alat
1) Baskom berisi air mendidih.
2) Obat bila diperlukan, misalnya mentol, vick, dll.
3) Handuk 2 buah.
4) Bengkok 1 buah.
5) Peniti 2 buah.
6) Vaselin dengan sudip lidah.
7) Kain kassa beberapa potong.
8) Kain pengalas untuk baskom air panas.
Prosedur
1) Memberi tahu mengenai tujuan dan menjelaskan prosedur kepada klien.
2) Memasang samporan.
3) Membawa alat-alat ke dekat klien.
4) Mencuci tangan.
5) Mengatur posisi klien duduk dengan kaki menjuntai disisi tempat tidur atau meminta klien duduk diatas kursi.
6) Menempatkan meja di depan klien.
7) Mengoleskan vaselin disekitar mulut dan hidung klien.
8) Memasang handuk pada dada klien kemudian dipenitikan ke punggung.
9) Meletakkan baskom berisi air panas diatas meja klien yang sudah diberi pengalas.
10) Memasukkan obat ke dalam baskom (bila diperlukan).
11) Menutup baskom dengan handuk sedemikian rupa sehingga menyerupai corong kemudian mulut dan hidung klien dihadapkan ke baskom dan diminta untuk menghirup uap air dari baskom tersebut selama kurang lebih 10 – 15 menit.
12) Setelah selesai, bersihkan sekitar mulut dan hidung dengan kertas tisu.
13) Merapikan klien.
14) Membereskan alat-alat.
15) Mencuci tangan.
Perhatikan :
– Air panas jangan sampai tertumpah ke klien.
– Selama prosuder klien harus ditunggu dan diawasi perhatikan kemampuan klien tunuk mentoleransi penghirupan uap air panas.
dikasih referensinya dong..
BalasHapus