KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam
marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih yang kepada para pengajar,
fasilitator dan narasumber atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Perkembangan Anak
usia Sekolah ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok II Tentang
Perkembangan Anak usia Sekolah. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari
kuliah, browsing internet, buku-buku text book, diskusi anggota, dll. Dengan
pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah proses tumbuh kembang anak usia sekolah
dan permasalahannya
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.
“Sesungguhnya
sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada
tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7)”
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga sebagai pranata sosial terkecil dalam masyarakat
dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi
maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan
remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya
pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan
menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih,
toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan
sebagai potret atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah
demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas
seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam
penentuan usia anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan
anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American
Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang
batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas
usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial,
perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi
dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai
tahap proses perkembangan
TUJUAN
1.
Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep
asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.
2.
Tujuan Instruksional Khusus :
a) Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi keluarga.
b) Mahasiswa
mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah.
c) Mahasiswa
mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah.
d) Mahasiswa
mampu menjelaskan masalah-masalah pada angka usia sekolah.
e) Mahasiswa
mampu menjelaskan bimbingan selama fase sekolah.
f) Mahasiswa
mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.
Batasan
Masalah
Pada makalah ini penyusun memberikan batasan masalah
yaitu hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan Perkembangan
anak usia sekolah dan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight).
Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor
beseta dampaknya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsep Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang
memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1
sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak
denga usia 7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program
wajib belajar pendidikan 9 tahun.(www.gn-ota,or.id).
2. Tahap perkembangan anak usia sekolah
a. Aspek fisik
a. Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara
pesat,berpikir makin logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering
kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita – cita.
b. Aspek sosial
Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi
untuk belajar, namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati – hati dan
berhati – hati.
c. Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik
3.
Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat .
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga
Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat .
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga
Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal
kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan
keseimbangan metabolik.
BAB
III
TINJAUAN KASUS
Kasus
yang sering dijumpai pada perkembangan anak sekolah adalah masalah kekurangan
gizi seperti Marasmus dan Kwashiorkor
1.
Marasmus
a.
Pengertian Marasmus
Marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus
mempunyai penampilan yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak
terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa saja atau
bias menyerang semua usia.
- Etiologi
Penyebab
utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan
metabolik dan malformasi kongenital.
2. Tanda dan Gejala
Pada
mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi,
muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti orang tua. Abdomen dapat
kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya
normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun,
kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mucus dan sedikit.
3. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a) Mengukur
TB dan BB
b) Menghitung
indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c) Mengukur
ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya
adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d) Status
gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium :
albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
2.
Kwashiorkor
a.
Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor
ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.
Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena
bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan
konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran
kwashiorkor di berbagai negara.
b.
Etiologi
Selain
oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap
kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan
oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (
sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
Gejala Kwashiorkor
- Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
- Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.
- Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
- Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
- Hilangnay massa otot
- Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
- Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi
- Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam.
- Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
- Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
Malnutrisi
Keadaan
patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu
atau lebih zat gizi.
- Under nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absoluut untuk periode tertentu.
- Spesific deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
- Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
- Imbalance : karena disporposi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL, dan VLDL.
Penialaian
Status Gizi
Ã
Secara Langsung
- Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengkuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi Antropometri secar umum dugunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh.
BB/U x 100% = 100% Ã Gizi baik
TB/U x 100% = 100% Ã Gizi baik
BB/TB x 100% = 100% Ã Gizi baik
- Klinis
Penilaian status gizi berdasarkan perubahan-perubahann yangg
terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Misal : penilaian pada
kulit, rambut, dan mukosa oral.
- Biokimia
Pemerikasaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Misal : darah, tinja, urine.
- Biofisik
Penentuan status gizi dengn melihat kemampuan fungsi dan melihat
perubahan struktur dan jaringan.
b.
Secara tak Langsung
- Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis
zat yang dikonsumsi.
- Statistik vital
Penilaian status gizi dengan menganalisa data bebrapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur.
- Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Contoh
Kasus pada anak usia sekolah dengan kekurangan gizi seperti Marasmus dan
Kwashiorkor
An.
S (7 tahun) datang ke poli tumbuh kembang dengan kondisi kulit tampak kusam,
rambut kemerahan dan jarang, BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit
berkomunikasi dan takut berinteraksi dengan orang lain.
Proses Keperawatan
1. Riwayat
Keperawatan
- Riwayat Keluhan Utama
Pada
umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
- Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi
pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan
lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu
relatif lama).
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi
pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
- Pengkajian Fisik
Meliputi
pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan
dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran,
tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan
genito-urinaria.
Fokus
pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri
(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
·
Penurunan ukuran antropometri
·
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang
dan mudah dicabut)
·
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi),
edema palpebra
·
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak,
ronchi, retraksi otot intercostal)
·
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
·
Edema tungkai
·
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy
pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
·
lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau
kaki
·
mata cekung dan pucat
·
pada marasmus terlihat pergerakan usus
Pemeriksaan
Penunjang
Pada
pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis
sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.
Analsa
Data
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
Data Subjektif :
-
Data
Objektif :
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
asupan yang tidak adekuat
|
Data Subjektif:
-
Data
Objektif :
|
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat
|
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
|
Rencana
Asuhan Keperawatan
1)
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat
Tujuan
: Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.
2. Tunjukkan cara
pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya
sendiri.
3. Laksanakan
pemberian roborans sesuai program terapi.
4. Timbang berat
badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.
|
1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan
kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya
terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
2. Meningkatkan
partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas
peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
3. Roborans
meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
4. Menilai
perkembangan masalah klien.
5. menu dan kalori
dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.
|
2.
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan
: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Pertumbuhan
fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan
motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan
fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program
terapi diet pemulihan.
3.
Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
4.
Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
5.
Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
|
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Diet khusus untuk pemulihan
malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan
kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Mempertahankan kesinambungan program stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang
ada.
|
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa An. S (7tahun)
mengalami malnutrisi dalam golongan underweight dan sudah termasuk gizi
buruk, diagnos ini didapat berdasarkan manifestasi klinis yang ditunjukan oleh
anak. Selain itu bisa juga ditentukan dari antropometri. Untuk underweight itu
sendiri dibagi menjadi 2, yaitu marasmus dan juga kwashiorkor dimana ciri-ciri
yang muncul adalah berbeda. Gangguan komunikasi yang dialami oleh An. S bisa
diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang dialami oleh An. S atau bisa juga
karena kurangnya stimulus eksternal, karena pemenuhan nutrisi sangat mempengaruhi
kerja otak dan syaraf.
2.
Dari kasus dapat ditegakkan diagnose keperawatan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat dan
kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan dengan penanganan yang merujuk pada diagnosa dan menerapkan
intervensi yang terkait tumbuh kembang.
B.
Saran
Setelah
dilakukan analisa dari kasus, maka dapat diajukan saran-saran agar mahasiswa
keperawtan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi PADA ANAK USIA SEKOLAH
dan mendapatkan hasil yang diharapkan sebagai berikut :
- Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi ditiap tahap tumbuh kembang.
- Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya dari definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan spesifikasi dari masalah yang dialami.
- Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnose sesuai dengan masalah yang dialami dan dapat menegakkannya menurut prioritas serta melakukkan tindakkan berdasarkan diagnose.
- Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang bagaimana promosi dan preventif dari masalah gizi serta bagaimana merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya dan mayarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Potter
& Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan Volume 2”. Jakarta : EGC.
2. Shwartz,
William M.2005. “Pedoman Kinis Pediatri”. Jakarta : EGC.
3. Williams
.2005. “Basic Nutrition & Diet Thetapy”. St. Louis : Westline
Industrial Drive.
4. Wong,
Donna L. 2004. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta : EGC.
5. Seminar
pengembangan profesi gizi oleh: dr. Ina Hernawati,MPH “ Pencegahan dan
Penanggualangan Gizi Buruk” 22 Desember 2008.
6. Seminar
pengembangan profesi gizi (Nutrition for the Nation) oleh : Prof. Dr. dr. Does
Sampoerno “ Overview Masalah Gizi Buruk di Indonesia”. 22 Desember 2008.
7. http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar