lanjut usia |
Batasan seseorang dikatakan
Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli karena banyak faktor fisik,
psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam
pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori psikologis
ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO) mengelompokkan
usia lanjut sebagai berikut :
- Middle
Aggge (45-59 tahun)
- Erderly
(60-74 tahun)
- Old
(75-90 tahun)
- Very
old (> 91 tahun)
Menurut Birren dan Renner dalam
Johanna E.P (1991; 75) usia biologis dabat diberi batasan sebagai suatu
estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi jangka hidupnya.
Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia
biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari
stres, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila
secara kronologis tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal,
hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.
Usia psikologis adalah
kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar, intelegnsi,
keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan
stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.
Usia sosial menekankan peran
dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan menjalankan
perannya dengan penuh tanggung jawab di mayarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketua :
1. Herediter
2. Nutrisi
3. Status
Kesehatan
4. Penglaman
hidup
5. Lingkungan
6. Stres
Proses penuaan
1. Pengertian
Aging proses adalah
suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi
antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk
mempersiapkan dirinya menghadapi “ketidamampuan” dan bahkan kematia (Cox,
1984).
2. Teori-teori
Proses Penuan
a. Teori
Biologi
1) Perubahahn
biologi yang berasal dari dalam(intrinsik)/ Teori Genetika
a) Teori jam
biologi (Biological clock theory), Proses menua dipengaruhi oleh faktor-faktor
keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel seperti jam.
b) Teori
menua yang terprogram (program aging theory), sel tubuh manusia hanya dapat
membagi diri sebanyak 50 kali.
c) Teori
Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
d) The Error
Theory, “Pemakaian dan rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (terpakai).
2) Perubahan
biologik yang berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori Non Genetika).
a) Teori
radikal bebas, meningkatnya bahan-bahan radikal bebas sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan
perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen.
b) Teori
imunlogi, perubahan jaringan getah bening akanmengakivbatkan ketidakseimbangan
sel T dan terjadi penurunan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, akibatnya usia
lanjut mudah terkena infeksi.
b. Teori
Psikologik
1) Maslow
Hierareky Human Needs Theory
Teori
Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal (kebutuhan
biologik, keamanan da kenyamanan , kasih sayang, harga diri, aktualisasi diri
dan aktualisasi diri.
2) Jung’s
Theory of invidualsm
Teori individualism
yang dikemukakan Carl Jung (1960)
mengungkapkan perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa
muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik dari
internal maupun eksternal.
3) Course of
Human Life Theory
Chorlotte Buhler
juga merupakan penganut teori psikologik dengungkapkan bawa teori perkembangan
dasar manusia yang difokuskan pada identifikasi pencapaian tujuan hidup
seseorang dalam melalui fase-fase perkembangan.
4) Eight
Stages of Life Theory
Teori “Eight Stages
of Life” yang dikemukakan Erikson (1950) adalah suatu teori perkembangan
psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas dan peran yang
perlu diselesaikan dengan baik :
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
Tahap VIII
|
Masa bayi à timbul kepercayaan dasar
(basic trust)
Tahap penguasaan diri
(autonomi)
Tahap inisiatip
Timbulnya kemauan untuk
berkarya (Industriousness)
Mencari identitas diri
(Identy)
Timbulnya keintiman
(Intimacy)
Mencapai kedewasaan
(generativity)
Memasuki usia lanjut akan
mencapai kematangan kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang
memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu berbuat untuk
kepentingan umum. Kegagalan pada tahap ini akan menyebabkan cepat putus asa.
|
Demikian
juga dengan teori “Developmental Task” yang dikemukakan Havighurst (1972) bahwa
masing-masing individu melalui tahap-tahap perkembangan secara spesifik dan
terjadi variasi/perbedaan antara individu satu dengan lainnya.
Tahap perkembangan ini
harus dilalui dengan baik sehingga individu akan merasakan kebahagiaan dan
kesuksesan dalam hidup.
Peran Perawat pada
klien lansia sesuai Proses Penuaan.
Proses Perawatan
Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu kondisi yang
bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu
keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia.
Untuk
mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan
bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas
dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam
proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia,
berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
5.1 Peran Perawat dalam
menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang
memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami
oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat
dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik ini
tebagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.
Perawatan bagi usila yang
masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b.
Perawatan bagi usila yang
pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya
sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan
untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia.
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat
penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi
dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat
perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan
dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk
para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan
kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara
mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya.
Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting dipertahankan pada
lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan
atropi otot dan penurunan fungsi.
5.2 Peran Perawat
dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam
perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salat satu
upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila. Mereka
dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena
masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan semangat
sosialisasi. Hfasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia
tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.
5.3 Peran Perawat
dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada
lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan orang
lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini
melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang
memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada
dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih lingkungannya,
termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman, tenang dan
membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas
kemampuannya.
Peran
perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang
dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat
ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin
lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat
akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan
kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah
tingkahl laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan
seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap
serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan
rasa puas dan bahagia.
Penutup
Sejalan dengan program peningkatan Sumber Daya Manusia
seluruh masyarakat Indonesia, maka peran perawat yang diintervensikan terhadap
para lansia meliputi konsep pembinaan kesehatan terpadu, terarah, kontinu dan
memiliki jangkauan yang seluas-luasnya. Hal ini sejalan dengan proses penuaan
yang terjadi pada lansia baik secara proses biologik, sosiologik maupun
psikologik yang memerlukan suatu pendekatan yang komprehensif dan memandang
lansia secara holistik.
Peran perawat dalam konsep pembinaan ini meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, adapun upaya pelayanan
disesuaikan dengan keadaan lansia dengan penekanan pada upaya pelayanan
promotif dan preventif. Kegiatan promotif dan preventif lebih dititik beratkan
pada penyuluhan kesehatan, pencegahan cedera, peningkatan kesadaran hidup sehat
dengan terapan tercapainya pola dan perilaku yang selalu mengarah pada hidup
sehat dan sejahtera.
Kepustakaan
Annette
G. Lueckenotte, 1996. Gerontologic Nursing, Sint louis Mosby Year
Book. Inc.
Barbara
C. Long, 1989. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Sint Louis. Mosby Year Book. Inc.
Hudak
and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Philadelphia Lippincott
Company.
Lueckenotte,
1998. Pengkajian Gerontologi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Wahjudi
Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut
Usia. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Untari,
Salinan Penerbit Lansia, UNAIR
Surabaya, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar